Jumat, 30 September 2011

Hai All...

Hai All makasih banyak yang udah mau baca blog Jeki/Zayyan (panggilan gue Jeki sebetulnya panggil aja Jeki). Sorry lama banget gak nge-blog gue kurang aktif emang di blog, aktif di twitter, facebook, sekolah, sama event2 yang berbau David Archuleta,hehe yaiyalah remaja jaman sekarang gituloh.

Makasih yang udah ngedoain gue pas UN kelas 6. Gue sekarang udah kelas 7 (7D reguler haha) di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejatan (Alpen) sekolah kakak abang gue sama kakak sepupu gue dulu haha (lho? siapa nanya?)

Gue sekarang aktif silat sama marawis Insya Allah gak janji hehe silat sama marawis bisa jalan lancar terutama pas kelas 7 ini.
Sama pengen konsentrasi di pelajaran.

Please ya add kalo mau kenalan hehe :
Twitter: @zayyansss
Facebook: zayyansukacoklat@hotmail.com
Pin BB: Tanya aja langsung. Nomor hape (haha): Tanya aja langsung.



So,,, ya thanks banget ya pembaca blog gue, maaf gue kurang aktif di blog. Mungkin gue abis ini bakal nge-blog lagi mungkin nggak lihat saja nanti :D.
Sekali lagi Thanks bangeeeeeetttt ya semua, Allah Bless you all.. <3

Salam....

Siapakah Sebenarnya Ibuku?????? Part 4 (the last part)

Hari demi hari Tasia lewati bersama Nyonya dan suaminya. Luar biasa Nyonya Tasia memang sangat baik.

Di pagi hari yang cerah Nyonya Marissa mendatangi kamar Tasia. "Tasia, Tasia, Tasiaaaa."
"Iya maaaa..." Tasia membuka pintu sambil menggosok-gosok mukanya dengan satu tangan. "Ada apa ma?" Tanya Tasia. "Duduk dulu yuk di sofa." Nyonya Marissa yang sejak mengangkat Tasia, Tasia memanggil mama. "Ada apa ma?" Tasia menanya lagi. "Mama ingin bertanya alat musik apa yang kamu suka?" Tanya Nyonya Marissa seraya mengusap rambutnya Tasia. "Biola, aku ingin sekali bisa mema.."
"Memainkannya." Nyonya Marissa memotong pembicaraan Tasia untuk menebak. "Betul sekali ma." Ucap Tasia dengan mata berbinar-binar. "Mau kamu mama les kan kursus biola." Nyonya Marissa menawarkan dengan senang hati. "Tentu saja aku mau." Tasia terlihat kegirangan.

Nyonya Marissa berlari ke kamarnya sebentar dan keluar membawa sesuatu tapi Tasia tidak tau apa. "Tasia, ayo ikut mama." Tanpa banyak tanya Tasia menyusul Nyonya Marissa menaiki tangga. Sampai di lantai tiga, lantai yang selama ini belum pernah Tasia injak. Ternyata yang Nyonya Marissa bawa itu adalah kunci, dia membuka pintu dengan kunci itu dan membuka pintu itu lebar-lebar. "Ayo masuk!" Ajak Nyonya Marissa seraya menarik punggung Tasia agar jalan bersamaan.
"Waaaaaaaahhhh, keren sekali." Ternyata ruangan itu adalah studio, berbagai alat musik seperti, piano, keyboard, bass, gitar, drum, suling, terompet, dan biola ada disitu. "Ini adalah studio milikku dan suamiku dan...milikmu juga sekarang. Lihat! ada biola, yang bisa kamu pakai untuk latihan Tasia." Tasia langsung berlari menuju biola itu dan memegangnya secara hati-hati.
Akhirnya Nyonya Marissa dan Tasia sempat berbincang-bincang sesekali tertawa menikmati waktu bersantai untuk kedua perempuan itu. Tasia baru meletakkan biola itu saat dia harus mandi dan berangkat sekolah.

Di hari itu juga Nyonya Marissa mendaftarkan Tasia untuk kursur biola. Minggu depannya sudah bisa Tasia latihan...

Hari demi hari Tasia rutin memainkan biola itu seminggu dua kali ia kursus. Ia begitu semangat untuk menjadi violist besar.
Sampai terkadang ia membawa biolanya ke panti asuhan untuk ia tunjukan pada teman-temannya dan juga untuk Nyonya Rina.
Ia juga mulai suka ikut lomba-lomba setelah satu tahun latihan, sering mendapatkan juara, membuat Nyonya Marissa dan Tuan Johnny bangga sekaligus keluarganya di panti asuhan.

Tasia mulai terkenal dan berencana membuat konser tunggalnya...

Pada hari yang ditentukan ia sudah berdiri dalam sebuah gedung mewah, dengan panggung mewah dan jutaan penonton memanggil namanya. Tidak ada sedikitpun ada kesombongan di dalam hatinya. Karena tanpa penggemarnya pun Tasia bukanlah siapa-siapa.

Mulailah ia memainkan biolanya... perlahan-lahan.
Ia begitu menghayatinya sesekali ia tersenyum pada penonton dan Nyonya Marissa dan suaminya, orang tua yang mengangkatnya yang terlihat begitu bangga.

Hingga ia sempat melihat seorang wanita yang kira-kira sebaya dengan Nyonya Marissa menangis melihat Tasia...

Saat konser selesai di belakang panggung, hatinya merasakan sesuatu yang aneh, semenjak melihat wanita tadi. Rasanya ia merindukan wanita itu, tapi siapa wanita itu...

Tasia terlihat lelah dan tidak mood untuk bicara. "Tasia!" Tasia langsung menengok ke arah orang yang memanggil namanya. Ia sangat kaget ternyata itu Nyonya Rina membawa Vita dan Nadya, dan jugaaa membawa wanita itu yangs edang ia fikirkan. "Tasiaaa..." Nyonya Rina beserta yang lain berlari ke depan Tasia yang sedang duduk. Tasiapun berdiri. "Kalian ada disini?" Tasia terlihat bingung. "Kami ingin memberitahu kebenaran, bahwa wanita yang disampingku....ini." Nyonya Rina gagap menjelaskan. "Kenapaaa?" Tasia tidak sabar dan bertanya setengah teriak. "Wanita yang disampingku ini... ad..adalah...ibu kandungmu." Nyonya Rina menghembuskan nafas setelah berkata yang sebenarnya. "Apa?" Tasia terlihat tidak percaya melihat wanita yang katanya ibu kandungnya itu. Wanita itu langsung tersungkur memeluk lutut Tasia. "Maafkan ibu nak,,, dulu ibu sangat miskin tidak mampu mengurusimu." Wanita itu menangis kesakitan. Tasia mengangkat tangan wanita itu. "Kalau memang ibu adalah ibu kandungku, ku maafkan." Wanita itu langsung memeluk Tasia. "Tapi sejak beberapa tahun yang lalu aku sudah bersama Nyonya Marissa dan suaminya menjadi anak angkatnya." "Kamu bisa memilih dengan siapa kamu mau tinggal, asal jangan pernah lupakan ibu." Ibu kandung Tasia masih terlihat menangis. Tiba-tiba Nyonya Marissa dan suaminya datang. "Ada apa ini?" Nyonya Marissa terlihat bingung. Nyonya Rina berlari ke arah Nyonya Marissa. "Nyonya, maaf wanita itu adalah ibu kandung Marissa." Ucap Nyonya Rina seraya menunjuk dengan kelima jarinya ke arah ibu kandung Tasia, Nyonya Marissa dan Tuan Johnnypun melihat ke arah ibu kandung Tasia. Nyonya Rina, Nyonya Marissa dan Tuan Johnny pun berjalan bersamaan ke arah Tasia dan ibu kandungnya. Nadya dan Vitapun minggir ke kanan. "Baiklah nak, sekarang kamu bisa pilih mau tinggal dengan siapa, ibu sekarang sudah hidup lebih cukup semenjak mendapat pekerjaan 2 tahun yang lalu dan menikah lagi." Ucap ibu kandung Tasia sambil mengusap air matanya. Nyonya Marissa dan Tuan Johnny terlihat pasrah. Tasia sangat berat untuk memutuskan. Akhirnya.... "Baiklah aku akan bersamaa ibu kandungku tapi aku mau tetap bisa sering bertemu dengan Nyonya Marissa dan Tuan Johnny juga datang ke.panti asuhan." "Telfon saja kami jika ingin datang ke rumah kami juga bisa kami antarkan main ke panti asuhan." Tuan Johnnya berkata lalu tersenyum. "Iya Tasia, boleh." Ibu kandung Tasia setuju.

Akhirnya ibu kandung Tasia memberikan alamat rumahnya dan nomor teleponnya ke Nyonya Rina dan Nyonya Marissa beserta suaminya. "Oke, besok kami antarkan Tasia ke rumah anda." Ucap Tuan Johnny pada ibu kandung Tasia. "Baik Tuan, Nyonya (Marissa), terima kasih atas kebaikan anda pada anak saya selama ini." Ibu kandung Tasia tersenyum bahagia. Lalu Tasia, Vita, dan Nayd berpelukan.

Terakhir mereka berpisah, ibu kandung Tasia pulang sendiri ke rumahnya. Nyonya Rina bersama Vita dan Nadya pulang ke panti asuhan. Dan Tasia pulang bersama Nyonya Marissa dan Tuan Johnny.
Kini Tasia sudah mengetahui "Siapakah sebenarnya ibuku??????" Tasia sudah mengetahui sekarang.





Tamat